MAKALAH
ILMU TAUHID
PERKEMBANGAN HISTORIS DAN PENGARUH KEIMANAN




220px-Logo_STAIN_Jurai_Siwo_Metro_Lampun.jpg
 












Di susun oleh                   : kelompok 3

1.      Eka Wahyuningsih         : 13107047
2.      Isdi                                    : 1310
3.      Putri Oktalina                  : 13108067
4.      Vita Lestari                      : 13108697



PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURAI SIWO METRO
2014


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur penulis  persembahkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah  mata kuliah Ilmu Kalam dan Tauhid.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah  selanjutnya sangat diharapkan agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini juga berguna untuk kita.
Metro,   08    Oktober  2014

                            Penulis












DAFTAR ISI


Cover.........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................................
B.     Rumusan Masalah...........................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ketabahan dan kekuatan Iman Rasulullah......................................................
B.     Ketabahan dan kekuatan Iman para Sahabat..................................................
C.     Beberapa peristiwa yang menimpa orang beriman di masa makkah...............
D.    Pengaruh Iman dalam membentuk jamaah di Madinah..................................

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................................
B.     Saran................................................................................................................










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Kehidupan Rasulullah saw memberikan kepada kita contoh- contoh mulia, baik sebagai pemuda   Islam   yang  lurus   perilakunya   dan   terpercaya   di   antara   kaum   dan   juga   kerabatnya, ataupun sebagai da’i kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik, yang mengerahkan segala kemampuan utnuk menyampaikan risalahnya. Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala   urusan   dengan   cerdas   dan   bijaksana,   sebagai   suami   teladan   dan   seorang   ayah   yang penuh kasih sayang, sebagai panglima perang ang mahir, sebagai negarawan ynag pandai dan jujur,   dan   sebagai  Muslim  secara   keseluruhan   (kaffah)   yang   dapat   melakukan  secara  imbang antara kewajiban beribadah kepada Allah dan bergaul dengan keluarga dan sahabatnya dengan baik.   Maka kajian Sirah Nabawiyah tidak lain hanya menampakkan aspek-aspek kemanusiaan ini secara keseluruhan yang tercermin dalam suri tauladan yang paling sempurna dan terbaik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ketabahan Iman Rasulullah ?
2.      Peristiwa apa sajakah yang menimpa orang beriman di masa Makkah ?
3.      Pengaruh Iman apakah yang membentuk jamaah di Madinah ?








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ketabahan dan kekuatan iman rasulullah

1.      Ketabahan Nabi Muhammad melakukan ikhtila’ ( menyendiri ) Gua Hira
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk    melakukan   ‘uzlah.     Allah   menumbuhkan   pada       dirinya  rasa   senang   untuk   melakukan ikhtila’  (menyendiri)   di  gua  Hira’ (hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang   sampai   sepuluh   malam,   kadang   lebih   dari   itu,   sampai   satu   bulan.   Kemudian   beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk melanjutkan Ikhtila’nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw terus melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau sedang melakukan ‘uzlah.
Beberapa Ibrah
     ‘Uzlah   dilakukan   Rasulullah   saw   menjelang   bi’tsah   (pengangkatan   sebagai   Rasul)   ini memiliki makna dan urgensi yang sangat besar dalam kehidupan kaum Muslim pada umumnya dan pada da’i pada khususnya.
         Peristiwa ini menjelaskan,bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna keislamannya betapapun ia telah memiliki akhlak-akhlak yang mulia dan melaksanakan segala macam ibadah sebelum   menyempurnakannya   dengan   waktu-waktu   ‘uzlah   dan   khalwah   (menyendiri)   untuk mengadili diri sendiri (muhasabbah‘nnafsi). Merasakan pengawasan Allah dan merenungkan fenomena-fenomena alam semesta yang menjadi bukti keagungan Allah.
Wahyu pertama diterima oleh Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwah (‘uzlah). Beliau melakukan khlwat di gua Hira’    melakukan      ibadah    selama    beberapa     malam,    kemudian      pulang    kepada    keluarganya (Khadijah)      untuk    mengambil      bekal.   Demikianlah      berulang     kali  hingga    suatu   sat   beliau dikejutkan      dengan    datangnya     kebenaran     di  dalam    gua   Hira’.   Pada    suatu   hari  datanglah Malaikat lalu berkata ,“ Bacalah“. Beliau menjawab,“ Aku tidak dapat membaca.“ Rasulullah saw   menceritakan  lebih  lanjt,   Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa   lemah   sekali,   kemudian   aku   dilepaskan.   Ia   berkata   lagi,   „Bacalah“  Aku   menjawab  ,“ Aku   tidak   dapat   membaca“   .   Ia   mendekati   aku   lagi   dan   mendekapku,   sehingga   aku   merasa tidak    berdaya     sama    sekali,  kemudian      aku    dilepaskan.    Ia  berkata    lagi,“   Bacalah“     Aku menjawab,“   Aku   tidak   dapat   membaca.“   Untuk   yang   ketiga   kalinya   ia   mendekati   aku   dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi,“ Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah...“ dan seterusnya.

2.      Ketabahan dan kekuatan Iman Rasulullah dalam berdakwah
Dakwah Islamiyah di masa hidup Nabi saw, sejak bi’tsah hingga wafatnya menempuh empat tahapan :
a.  Dakwah secara rahasia, selama tiga tahun.
b. Dakwah     secara   terang-terangan    dengan   menggunakan      lisan  saja  tanpa   perang, berlangsung sampai hijrah.
c. Dakwah secara terang-terangan dengan memerangi orang-orang yang menyerang dan memulai     peperangan    atau  kejahatan.   Tahapan    ini  berlangsung   sampai    tahun  perdamaian Hudaibiyah.
d. Dakwah    secara   terang-terangan   dengan    memerangi    setiap  orang   yang menghalangi     jalannya   dakwah    atau  menghalangi    orang   yang   masuk    Islam.  Setelah  masa dakwah   yang   pemberitahuan   dari  kaum  musyrik,   anti  agama  atau   penyembah  berhala  .  Pada tahapan inilah syariat Islam dan hukum jihad dalam Islam mencapai kemapanan.

3.      Ketabahan dan kekuatan Iman Rasulullah dan para sahabat
         Permusuhan kaum Quraisy kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya semakin keras dan genar. Rasulullah saw sendiri mengalami berbagai macam penganiayaan. Di antaranya apa yang diceritakan oleh Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata :“ Ketika Nabi saw sedang shalat di Ka’bah , tiba-tiba datang ‘Uqbah bin Abi Mu’ith mencekik leher Nabi saw, sekuat tenaganya dengan   kainnya.   Kemudian   Abu   Bakar   datang   menyelamatkannya   dengan   memegang   kedua lengan   ‘Uqbah   dan   menjauhkannya   dari   Nabi   saw,   seraya   berkata   :“   Apakah kalian   hendak membunuh seorang yang mengucapkan Rabb-ku adalah Allah“ Berkata Abdullah bin Umair : Ketika Nabi saw sedang sujud di sekitar beberapa orang Quraisy,   tiba-tiba   ‘uqbah   bin   Abi   Mu’ith   datang   dengan   membawa   kotoran   binatang,   lalu melemparkannya   ke   atas   punggung   Nabi   saw.   Beliau   tidak   mengangkat   kepalanya   sehingga datang     Fatimah r.a.  membersihkan dan   melaknati    orang    yang   melakukan      perbuatan     keji tersebut.
         Selain itu Nabi saw , juga menghadapi berbagai pengkhianatan, ejekan dan cemoohan setiap kali lewat di hadapan mereka.
Ath-Thabari dan Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa sebagian mereka pernah menaburkan tanah di atas kelapa Rasulullah saw ketika beliau sedang berjalan di sebuah lorong di Mekkah, sehingga     beliau   kembali   ke   rumah    dengan    kepala   kotor.   Kemudian      salash  seorang    anak perempuan      Nabi   saw    membersihkan      sambil   menangis.    Tetapi   Rasulullah    saw   mengatakan kepadanya :
„Wahai anakku janganlah engkau menangisi. Sesungguhnya Allah melindungi bapakmu“
Demikian pula halnya dengan para sahabat. Masing-masing darimereka telah merasakan berbagai   macam   penyiksaan.   Bahkan   di  antara   mereka   ada   yang   meninggal  dan   buta   karena dahsyatnya penyiksaan itu.       Tetapi semua itu tidak melemahkan semangat keimanan mereka.  Penyiksaan-penyiksaan        yang    dialami   oeh    para   sahabat    ini  terlalu  banyak    untuk disebutkan di sini. Tetapi cukup kami sebutkan apa yang diriwayatkan oelh Imam Bukhari dari Khabbab bin Al-Arit, ia berkata : „ Aku datang menemui Rasulullah saw , ketika beliau sedang berteduh   di  Ka’bah   kepada   beliau   aku   berkata  :“  Wahai  Rasulullah  saw ,   apakah  anda  tidak memohonkan   pertolongan   kepada   Allah   bagi  kami  ?  Apakah   anda   tidak   berdoa   bagi  kami  ? Beliau   menjawab   :“   Di   antara   orang-orang   sebelum   kamu   dahulu   ada   yang   disiksa   dengan ditanam     hidup-hidup,    ada   yang   belah   kepalanya    menjadi    dua,   dan   ada  pula   yang   disisir rambutnya dengan sisir besi hingga kulit kepalanya terkelupas. Tetapi siksaan-siksaan itu tidak menggoyahkan   tekad   mereka   untuk   tetap   mempertahankan   agama.   Demi   Allah.   Allah   pasti akan     mengakhiri    semua  persoalan    ini,  Sehingga    orang    berani   berjalan   dari  Shan’a    ke Hadhramaut tanpa rasa   takut  kepada   siapapun   juga   selain   kepada   Allah,  dan   hanya   takut kambingnya disergap serigala. Tetapi kalian tampak terburu-buru.“
                                                                                                   
B. Beberapa peristiwa yang menimpa orang yang beriman di masa Makkah
                  Cobaan   berat   yang   dihadapi   para   sahabat   Rasulullah   saw   semasa   di   Mekkah   adalah berupa gangguan, penyiksaan , cacian dan penghinaan dari kaum musyrik. Setelah Rasulullah saw mengijinkan mereka berhijrah, cobaan berat itu kini berupa meninggalkan tanah air, harta kekayaan , rumah dan keluarga. Para sahabat dengan setia dan ikhlas kepada  Allah menghadapi kedua bentuk cobaan berat   tersebut.   Semua  penderitaan  dan kesulitan mereka hadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Hingga ketika Rasulullah saw memerintahkan mereka berhijrah ke Madinah, tanpa merasa berat mereka berangkat meninggalkan tanah air, kekayaan dan rumah mereka. Mereka tidak   bisa   membawa   harta   benda   dan   kekayaan   ,   karena   harus   berangkat   secara   sembunyi- sembunyi.      Semua    itu  mereka   tinggalkan   di   Mekkah   untuk   menyelamatkan   agamanya, dan mendapatkan gantiu ukhuwa yang menantikan mereka di Madinah. Ini   adalah   gambaran   yang   benar   tentang   pribadi   Muslim   yang   mengikhlaskan   agma kepada Allah. Tidak mempedulikan tanah air, harta kekayaan dan kerabat demi menyelamatkan agama aqidahnya. Itulah yang telah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah saw di Mekkah.  Bagaimana   halnya   para   penduduk   Madinah   yang   telah   memberikan   perlindungan   dan pertolongan kepad mereka ? Sesungguhnya mereka telah menunjukkan keteladanan yang baik tentang ukhuwa Islamiyah dan cinta karena Allah.
            Dan peristiwa yang paling sedih yaitu, tahun kedukaan ketika  Pada    tahun   kesepuluh kenabian,    istri  Nabi   saw,   Khadijah    binti  Khuwailid,    dan pamannya , Abu Thlaib , wafat. Berkata Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya : Selisih waktu antara kematian Khadijah dan kematian Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.  

B.     Pengaruh Iman Terhadap Perorangan dan Jamaah

1.      Iman dapat memerdekaan jiwa dari penjajahan atau perbudakan dunia dan segala isinya
Iman dapat memerdekakan jiwa dari perbudakan atau penjajahan dunia dengan segala isinya sebabnya adalah karena dengan beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya, hanya Allah yang kuasa memberikan bentuk kehidupan. Dengan demikian, keimanan kepada Allah pada akhirnya dapat menuntut suatu kehidupan yang merdeka dari perbudakan dunia, dan itulah yag disebut dengan kemerdekaan sesungguhnya. “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat petunjuk”.(QS.82)

2. Memberiakan ketentraman jiwa
Pengaruh iman juga memberikan ketentraman jiwa. Hal ini disebabkan karena dia memiliki tempat mengadu, pembela, pelindung, pemelihara, penolong, pemberi rezeki, dan segala baginya didalam hidup ini, yakni Allah SWT. Jika hati sudah tenang jiwapun sudah tentram, maka manusia itu pasti manusia itu akan merasakan kenikmatan keyakinan dalam kalbu.
 “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah-lah hati mereka menjadi tentram.”(QS.Ar Rad:28)

3. Memberikan ketentraman dalam hidup
Orang yang beriman akan selalu selalu berjalan pada arah jalan yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkannya. Allah akanmenolongnya dalam menghadapi musuh-musuhnya, mengangkatnya apabila tergelincir, menjaga dari bencana yang menimpa. Orang yang beriman adalah orang yang memperoleh janji dari Allah, yaitu diberikan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

4. Keimanan yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberaniaan dan ingin terus maju karena membela kebenaran.
Kematian akan dianngap tidak berharga sama sekali, diremehkan dan sebaliknya malahan akan dicari kematian secara syahid, demi untuk menuntut tegaknya keadilan dan kejujuran serta hak. Oleh sebab itu keimanan kepada Allah dapat menimbulkan perjuangan (jihad) dan berkurban untuk meninggikan kalimatullah mengadakan pembelaan untuk mengibarkan setinggi-tingginya untuk menolak adanya penganiayaan, kezaliman, dan kerusakan yang dibuat oleh manusia yang sewenang-wenang diatas permukaan bumi ini.

5. Memunculkan sifat-sifat mulia
Keimanan itu akan menimbulkan keyakinan yang sesungguh-sungguhnya bahwa hanya Allah sajalah Yang Maha Kuasa memberikan rezeki. Manakala akidah yang sebenar-benarnya itu sudah mendalam sekali meresapnya dalam jiwa, maka sudah pasti manusia yang memilikinya itu akan terlepas dari hinanya sifat-sifat kikir, tamak, rakus, dan sebagai gantinya ia akan bersifat dengan sifat yang mulia dan berbudi yang utama seperti dermawan, suka memberikan bantuan, gemar menolong, suka memaafkan, dan lain-lain. Ia akan menjadi manusia yang diharapkan kebaikannya.
Orang-orang yang beriman dengan nama Allah, diantaranya adalah al-‘Afw ( Maha Pemaaaf), al-Ghafur (Maha Pengampun), dan ar-Rahim (Maha Penyayang), dan diantara sifat-sifatNya adalah memberikan ampunan bagi orang-orang yang melakukan dosa, kasih sayang dan member ampunan, maka semua itu akan memotivasinyauntuk tidak putus asa dari rahmat Allah. Bahkan dadanya menjadi lapang, karena mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.



























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kehidupan Rasulullah saw memberikan kepada kita contoh- contoh mulia, baik sebagai pemuda   Islam   yang  lurus   perilakunya   dan   terpercaya   di   antara   kaum   dan   juga   kerabatnya, ataupun sebagai da’i kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik, yang mengerahkan segala kemampuan utnuk menyampaikan risalahnya.
Dan Iman dapat memerdekakan jiwa dari perbudakan atau penjajahan dunia dengan segala isinya sebabnya adalah karena dengan beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya, hanya Allah yang kuasa memberikan bentuk kehidupan.

B.     Saran
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang Perkembangan Historis dan Pengaruh Keimanan. masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin











DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy, Sirah Nabawiyah
Masykurillah, Ilmu Tauhid pokok-pokok Keimanan

Comments (0)